Umbrella (Chapt. 5 – A Pair of Socks)

umbrella a pair of socks 5

Remaja bermarga Choi itu terkekeh setelah beberapa saat terpaku mendengar perkataan pria dihadapannya. Tangannya terlipat angkuh di depan dada, menatap Cho Kyuhyun yang masih terus tersenyum penuh percaya diri.

 

“kau… ingin mendebutkanku?” Tanya Siwon dengan nada suara yang meremehkan.

 

Ia sangsi apakah anak di hadapannya ini bisa mendebutkannya, bukankah itu sangat tak masuk akal?

 

Tanpa keraguan, Kyuhyun mengangguk pasti. “Ya! Aku ingin kau debut bersama group yang aku buat,”

 

“wah, itu pasti menarik sekali!” tangan Siwon bertepuk sekali dan lalu sedikit membungkukan tubuhnya. Mengarahkan wajahnya tepat ke depan wajah Kyuhyun yang masih terus tersenyum.

 

Alis mata Choi Siwon naik, menatap Kyuhyun lekat dan berbisik kecil. “namun sayangnya aku tak tertarik,” ujarnya dingin dan berlalu meninggalkan ruangan itu.

 

Tapi bukan Cho Kyuhyun namanya jika ia menyerah hanya karena sekali penolakan, tak terburu-buru Kyuhyun mengikuti langkah Siwon. Menatap tubuh tinggi itu dari belakang, tinggi sekali. Gumam Kyuhyun dalam hatinya.

 

Ia menatap punggung tegap Siwon, melihat panjang kakinya dari belakang dan tersenyum penuh arti setelahnya. Entahlah, tapi senyuman anak itu benar-benar tampak seperti psikopat. Astaga Cho Kyuhyun.

 

Sementara sesekali, Siwon mencuri pandang kearah belakang. Melihat Kyuhyun yang terus mengikutinya. Ia tak mengerti sebenarnya apalagi yang anak itu inginkan? Bukankah sudah jelas tadi ia menolaknya? Lalu apa lagi sekarang?

 

Mencoba tak terganggu Siwon masih terus berjalan menuju ruangan tempat ayahnya berada, ia pikir ia hanya harus segera menemui ayahnya agar terbebas dari pria aneh yang terus mengikutinya itu.

 

Siwon sampai di depan rungan, ia membuka pintu dan membungkuk hormat setelah melihat sang ayah bersama seorang pria yang ia yakini sebagai pemilik dari perusahaan ini.

 

“oh, Siwon… tuan Cho perkenalkan ini putraku Choi Siwon,” ujar tuan Choi setelah melihat kehadiran putranya, ia memperkenalkan Siwon pada rekan bisnisnya yang baru tersebut, yang tak lain adalah tuan Cho.

 

Siwon melangkahkan kakinya mendekat pada sang ayah, tak lupa ia umbar senyuman penuh kharisma di wajah tampannya. Senyuman yang bisa membuat wanita yang melihatnya akan merasa meleleh karena senyuman itu.

 

Namun tak lama kemudian, bahkan sebelum Siwon berhasil mencapai kursi disamping ayahnya. Pintu ruangan itu kembali terbuka, seorang pria masuk dengan senyuman manisnya. Alisnya mengerling ketika tatapannya bertemu pandang dengan mata milik Choi Siwon yang menatapnya dengan dahi berkerut.

 

“oh, Kyuhyun,” sapa tuan Choi. Siwon terperanjat mendapati ayahnya yang ternyata mengenal orang aneh itu.

 

Ia memandang ayahnya dan juga Kyuhyun bergantian.

 

“Siwon-ah, apakah kau sudah bertemu Kyuhyun? Dia adalah putra tuan Cho,”

 

Siwon menelan salivanya, apa? Ia tak habis pikir, bagaimana bisa anak aneh itu adalah putra rekan bisnis ayahnya? Orang aneh mcam itu?

 

.

.

 

Setelah mengobrol beberapa saat tuan Choi dan juga Siwon berpamitan meninggalkan ruangan, Kyuhyun dan tuan Cho mengantar keduanya, di perjalanan terjadi obrolan kecil diantara mereka berempat. Dan disinilah sebuah kenyataan membuat Kyuhyun merasa bahwa keputusannya untuk mendebutkan Siwon memang tidak salah, namun sebuah rintangan besar yang sebelumnya telah ia prediksi jelas membentang kokoh dihadapannya.

 

“jadi tadi kalian bertemu dimana?” Tanya tuan Choi ramah sembari menatap putranya dan juga Kyuhyun bergantian.

 

Siwon terdiam tak lekas menjawab, ia tampak ragu untuk berbicara. Sementara Kyuhyun, ia menlisik wajah Siwon. Mencari tahu apa arti raut itu, raut wajah takut dan ragu.

 

“kami bertemu di ruang latihan, tuan anda tahu? Putra anda sangat mahir menari, dan bahkan suaranya bagus sekali!” Puji Kyuhyun dengan topeng polosnya, namun tak henti matanya melirik gerak-gerik Siwon yang terlihat kebingungan.

 

Selain itu, ia juga bisa menangkap ekspresi tak suka yang sekilas tuan Choi berikan pada Siwon. Sepertinya dugaannya benar.

 

Tuan Choi tak suka jika Siwon menari ataupun menyanyi, ia yakin itu.

 

“ah, benarkah? Tapi sepertinya Siwon lebih tertarik pada bidang bisnis, bukankah begitu, Siwon-ah?” Tanya tuan Choi dengan tatapan menuntut jawaban yang sesuai keinginannya.

 

Meski tak terlihat jelas, namun Kyuhyun dapat menangkap itu. Ditambah dengan penekanan diakhir kalimat yang tuan Choi ucapkan, seolah memaksa Siwon untuk setuju dengan pilihannya. Pilihan yang Kyuhyun yakin sama sekali tak diinginkan oleh tuan muda Choi itu.

 

Tampak enggan, namun pada akhirnya SIwon mengangguk membenarkan. Tuan Choi tersenyum puas.

 

.

.

 

Malam semakin larut, akan tetapi sepasang bola mata caramel itu masih tetap terjaga dan focus membaca beberapa data di laptopnya. Data yang ia minta –tanpa ijin- dari sang appa beberapa saat lalu, ketika beliau pergi ke toilet dan meninggalkannya sendiri di kantornya.

 

Ia membacanya dengan seksama, jari telunjuk sebelah kanannya terus mengetuk meja secara teratur. Mencipatakan bunyi sayup di ruangan dengan penerangan temaram itu.

 

“sekolah internasional… mencari relasi ya, ” gumamnya seraya terus membaca. Tampak kepalanya mengangguk-angguk ketika menemukan beberapa informasi yang menurutnya menarik.

 

Dan… “satu semester sekolah di sekolah music?” alisnya kini bertaut ketika menemukan satu informasi yang menurutnya janggal.

 

Ia sandarkan punggungnya pada sandaran kursi, setelah bermonolog ria dengan segala hal yang ia temukan pada profil seorang Choi Siwon yang ia minta-tanpa ijin- dari computer ayahnya, sepertinya ia menemukan sebuah titik terang. Sekaligus sumber kendala untuknya mendapatkan Choi Siwon.

 

“jika dia pernah satu semester sekolah di sekolah musik, itu berarti ia pernah mendapat ijin untuk mendalami bakatnya. Tapi kenapa hanya satu semester? Kenapa Choi Siwon tidak melanjutkannya jika suka? Kenapa… ”

 

Hanya kata kenapa yang terus berputar dalam otaknya. Setelah tadi siang kata sempurna yang menggambarkan seorang Choi Siwon, sekarang sebuah kata tanya kenapa yang seolah mengelilingi namja hampir sempurna itu.

 

Rasa-rasanya masih terlalu banyak yang harus anak itu temukan, khususnya alasan kenapa seeorang Choi Siwon berhenti dari sekolah musik. Hanya itu yang ia butuhkan. Ia yakin, jika menemukan jawabannya ia akan bisa menemukan jalan keluarnya juga.

 

Drtttt… drttt…

 

Atensi pria itu beralih menuju smartphone nya yang tergeletak tepat disamping laptopnya, matanya memicing. Membaca siapa gerangan yang melakukan panggilan pada ponselnya ditengah malam seperti ini.

 

“… Changmin?” tanyanya entah pada siapa. Namun tak urung ia angkat panggilan itu dan menyapa dengan nada bicaranya yang malas. “yoboseo… ada apa menghubungiku malam-malam begini, Shim?”

 

Terdengar suara decakan dari seberang sana, diikuti dengan suara lembut yang mengucapkan kata ‘palli’ berulang kali. Changmin mendengus, Kyuhyun dengar itu dengan sangat jelas. “Shim, aku mendengar suara Sungmin hyung disana. Kalian sedang bersama?” Tanya Kyuhyun mengabaikan dengusan Changmin.

 

“iya, tapi bukan itu yang terpenting sekarang. Tapi sebelumnya, bisakah kau tak menggunakan nada malasmu itu? kau tahu aku akan memberimu hadiah besar hari ini,”

 

“Changmin palliwa!”

 

“baiklah, sekarang apa hadiahnya? Dan bagaimana kalian bisa bersama?” ujar Kyuhyun menuntut. Meskipun kini nada suaranya justru terdengar ketus dan lebih tidak menyenangkan dari sebelumnya.

 

“sabar Lee Sungmin! Begini Kyu, sekarang juga kau datang ke stasiun Seoul pintu utara, kau tahu kan letaknya?”

 

“iya, lalu kenapa aku harus kesana?”

 

“aku bilang aku punya hadiah Cho! Soal Sungmin hyung nanti saja aku ceritakan, jadi cepatla kemari, kami berdua menunggumu!”

 

“ta-”

 

Bip.

 

Panggilan terputus begitu saja. Ya, Changmin memutuskan sambungan sepihak dan tak memberikan kesempatan untuk Kyuhyun bertanya lebih lanjut. Kyuhyun kesal, tentu saja!

 

Ia lemparkan ponselnya keatas tempat tidur dan lalu memejamkan matanya sembari duduk bersandar. “seenaknya saja dia memintaku datang seperti itu. aku tak akan datang Shim Changmin!” teriaknya tertahan.

 

.

 

“Ya! Kau dimana Shim Changmin?!”

 

“bicaralah yang benar Kyu! Jangan berteriak seperti itu, kau mau membuatku tuli?!”

 

“jawab saja sekarang kau dimana? Apa masih di pintu utara? ”

 

“aku masih disini! Jadi cepatlah atau kau akan kehilangan hadiahmu!!”

 

“ya ya ya! Aku segera kesana!! ”

 

Kyuhyun berlari menuju tempat Changmin dan Sungmin berada. Sebelumnya ia memang sempat menolak, tapi Cho Kyuhyun tetaplah Cho Kyuhyun, anak polos yang akan menurut jika di iming-imingi dengan hadiah yang menarik baginya.

 

Secepat mungkin ia melangkahkan kakinya, hingga akhirnya sepasang kaki itu berhenti ketika manik caramelnya melihat pemandangan yang selama ini selalu berhasil menarik perhatiannya.

 

Mereka…

 

Anak-anak yang menari di jalanan dengan kemampuan yang tak perlu diragukan lagi.

 

Kyuhyun tetap berdiri ditempatnya, memperhatikan beberapa anak yang tampaknya memilki usia yang tak jauh berbeda darinya. Ada sebelas orang disana, akan tetapi…

 

Disana… seorang laki-laki dengan senyuman childish nya, tariannya salah satu yang terbaik diantara sebelas orang itu. Lalu visualisasinya juga punya nilai plus yang membuatnya tampak menonjol dibandingkan yang lain.

 

Dia… tidak setampan Choi Siwon. Tapi dia memilki aura yang menyenangkan, senyumannya dan suaranya juga terdengar membawa happy virus pada setiap orang yang melihat dan mendengarnya.

 

“aku harus mendapatkannya!”

 

Kyuhyun membuat keputusan. Ia hendak berjalan mendekat ketika tiba-tiba saja ada satu orang lagi yang berjalan mendekat ke gerombolan anak-anak itu. Seseorang dengan tubuh kurus dan juga rambut pirangnya.

 

“terlihat seperti ikan teri,” komentar Kyuhyun melihat si anak pirang dengan tubuhnya yang kurus itu.

 

Tampak dari penglihatannya, anak pirang yang baru saja datang merangkul orang yang sejak tadi menarik perhatian Kyuhyun. Mereka bercengkrama sangat akrab, saling menggelitiki, memukul dan lalu tertawa. Membuat senyuman Kyuhyun merekah tanpa sang pemilki sadari.

 

“mereka bersahabat?” tanyanya entah pada siapa.

 

Ada relasi antara keduanya yang lagi-lagi menarik perhatian Kyuhyun, meski ia belum melihat kemampuan si anak berambut pirang itu. Ia merasa akan jadi sesuatu yang istimewa jika mereka berdua disatukan dalam satu kelompok.

 

Ia mulai tertarik, akan tetapi… tetap saja ia tak ingin sembarangan merekrut orang. Minimal ia harus mahir disalah satu bidang, baik itu bernyanyi, menari atau mengkomposeri lagu. Setidaknya salah satu dari ketiga itu ada yang ia kuasai dengan baik.

 

Untuk si happy virus Kyuhyun yakin dengan kemampuan menarinya, ia sudah melihatnya langsung. Tapi kalau si ikan teri… sepertinya ia masih diragukan.

 

Kyuhyun meraih ponselnya, memanggil nomor di daftar panggilan terakhir yang ia lakukan.

 

Belum selesai nada sambung pertama, suara seseorang langsung menyambutnya. “kau dimana? Cepatla-”

 

“aku sudah melihat hadiahku Changmin-ah.”

 

“kalau begitu cepat dekati mereka!”

 

“tidak. Tunggu mereka membubarkan diri dan kau ikuti si happy virus yang seperti anak-anak itu.”

 

“kau ini bicara apa?”

 

“aku bilang ikuti si happy virus! Dia yang senyumannya seperti bocah itu! dan Sungmin hyung ikuti si ikan teri- maksudku si pirang!”

 

“aish! Arrasseo!”

 

Senyuman misterius muncul di bibir Kyuhyun setelah panggilan antara dirinya dan Changmin terputus, ia menyeringai sambil terus memperhatikan anak-anak yang berkumpul beberapa meter di depannya.

 

“happy virus… aku harus mendapatkanmu dan ikan teri aku rasa kau juga memilki sesuatu…”

 

.

 

.

 

Pagi menjelang di kediaman keluarga Cho, meski rumah itu hanya berpenghuni tiga orang saja namun suasana ramai amat terasa terutama di ruang makan dimana ketiganya kini berkumpul bersama.

 

“eomma tahu kau keluar semalam Kyu,”

 

Kyuhyun menghentikan tangannya yang tengah menyumpit lauk yang ada ditengah meja makan itu, ia menelan saliva nya berat. Matanya melirik sang ayah, berkedip-kedip seraya bergumam minta bantuan.

 

Namun tuan Cho tampaknya acuh saja, beliau tetap melanjutkan makannya sambil sesekali tersenyum melihat putranya yang berusaha keras untuk menarik perhatiannya.

 

“minta bantuan pada appa-mu little Cho?”

 

Kyuhyun mendongak, menampilkan senyum lebarnya. “tidak,” sangkalnya.

 

Wanita cantik itu masih belum menyerah, sembari menyantap sarapannya ia terus menatap putranya tajam. Mencercanya dengan banyak pertanyaan perihal kepergian Kyuhyun semalam. Ia bertanya kemana Kyuhyun pergi? Dengan siapa? Mau apa? Kenapa menjelang tengah malam? Dan kenapa pulang menjelang pagi?

 

Benar sekali. Semalam Kyuhyun baru kembali sekitar pukul tiga setelah mengikuti kedua anak yang menarik perhatiannya, dan ia berhasil menarik Changmin dan juga Sungmin hyung untuk ikut terlibat dengannya.

 

Entah bagaimana nasib Changmin dan juga Sungmin hari ini. Mungkinkah mereka juga bernasib sama dengannya? Diomeli ibu mereka habis-habisan?

 

Tapi terlepas dari apa yang ia dapat –omelan sang eomma- hari ini. Ia merasa puas dengan hasil semalam.

 

Ia mendapatkan apa yang ia inginkan.

 

.

.

 

“siapa kalian? Kenapa kalian mengikuti kami?”

 

Sungmin dan Changmin tersenyum kaku, sementara Kyuhyun dengan percaya dirinya berjalan mendekat dengan seringaian khas yang selalu ia tampakan disaat-saat tertentu. Seperti saat ini ketika ia menemukan mangsanya.

 

Ditempat yang sunyi itu, diantara gang sempit perumahan kumuh di Seoul. Mereka berlima tampak seperti sekumpulan remaja yang tengah berseteru.

 

Tiga lawan dua memang tidak seimbang.

 

Kyuhyun mengulurkan tangannya, “namaku Cho Kyuhyun,” katanya memperkenalkan diri.

 

Dua orang pemuda di depannya, si ikan teri dan si happy virus. Mereka saling melempar pandang sebelum akhirnya si happy virus membalas uluran tangan Kyuhyun lebih dulu, menjabatnya dan menyebutkan namanya. “aku Lee Donghae,”

 

Remaja dengan senyum childish nya itu melirik temannya –si ikan teri- mengisyaratkan agar temannya melakukan hal yang sama. Menjabat tangan Kyuhyun yang kini terulur kearahnya, namun ia enggan. Justru anak berambut pirang itu malah memalingkan wajahnya dari Kyuhyun. Menghindari tatapan mengintimidasi yang Kyuhyun perlihatkan.

 

Melihat interaksi tidak menyenangkan antara kedua orang itu, Donghae segera menengahi pandangan keduanya.“Kyuhyun-ssi, ini temanku. Namanya Lee Hyukjae.” Ujarnya cepat.

 

Kyuhyun menarik tangannya dan mengangguk mengerti, “baiklah, Donghae-ssi dan… Lee Hyuk jae-ssi, aku tak suka basa-basi. Aku akan langsung saja keintinya.”

 

“kau baru saja berbasa-basi bung!” itu Hyukjae. Ia menatap Kyuhyun tajam dan tersenyum miring.

 

Sungmin yang sejak tadi diam akhirnya mendekat kearah mereka bertiga –Kyuhyun, Donghae dan Hyukjae- meninggalkan Changmin yang berdiri dibelakang punggung Kyuhyun. Sebenarnya sejak tadi ia terus menarik-narik lengan baju Sungmin dan minta pulang. Namun Sungmin sama sekali tak menghiraukannya.

 

“ada apa kau maju? Kau mau mengeroyok kami?” lagi-lagi Hyukjae terpancing amarahnya. Padahal tak ada satupun yang bicara.

 

Melihat bagaimana sikap Hyukjae, Kyuhyun merasa kalau anak ini mungkin sedikit emosional. Atau bisa juga, Hyukjae seperti ini hanya jika dalam keadaan terjepit?

 

“tolong tenang Lee Hyukjae-ssi, temanku Kyuhyun ingin membicarakan sesuatu dengan kalian berdua. Jadi bisakah kau tenang dulu barang sebentar saja?”

 

Donghae mengangguk, begitupun Hyukjae. Pembawaan Sungmin yang tenang membuatnya percaya kalau pemuda itu mungkin saja tak berbohong. Ya, mungkin saja mereka datang bukan untuk mencari perkara dengannya ataupun Donghae.

 

Sungmin melirik Kyuhyun, ia sekali berkedip. Memberi isyarat agar Kyuhyun merubah strateginya untuk mendekati mereka berdua.

 

Kyuhyun mengerti, sekarang ia tak menampakan tatapan mengintimidasi lagi teruma pada Hyukjae. Kini ia tersenyum kecil namun terlihat manis dan setelahnya segera membuka pembicaraan. Inti masalah yang ingin ia sampaikan.

 

Tangan anak berusia enam belas tahun itu meraih dompet yang ada disakunya, menarik selembar kartu nama yang bertuliskan Cho Kyuhyun disana. Tak ada keterangan lain dalam kartu nama itu, hanya namanya dan nomor ponsel, juga… logo agensi milik sang ayah. Oh, itulah yang menjadi nilai plus dari kartu nama itu.

 

JeHa ent.

 

Kyuhyun memberikannya pada Donghae, membuat Donghae menatapnya bingung. “kau dari JeHa?” tanyanya tak percaya.

 

Kyuhyun mengangguk antusias dan tersenyum. “aku melihatmu menari tadi, dan tarianmu sungguh sangat bagus. Jadi aku ingin merekrutmu.”

 

Diam. Donghae terdiam dalam keterkejutannya. Ia tak salah dengar bukan? Agensi sebesar JeHa ingin merekrutnya?

 

“kau hanya penipu! Jangan percaya dia Donghae-ya!” Hyukjae menarik bahu Donghae yang sempat kaku beberapa saat, membuat pemuda itu kembali kedalam dunia nyata.

 

Kyuhyun tak terpengaruh dengan bentakan Hyukjae, ia masih tetap tersenyum. “kalau kalian tak percaya, datanglah besok ke JeHa jam 4 sore, aku tunggu kalian di lobi. Kalian tahu kan alamatnya?”

 

Seolah terhipnotis Donghae mengangguk menyetujui, “aku percaya, aku akan datang.” Ucapnya sambil matanya menatap mata jernih milik Kyuhyun. Sepasang manik yang memancarkan ketulusan. Alasan yang membuat Donghae mempercayai anak itu dengan sangat cepat.

 

“baiklah Donghae-ssi, esok ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu sebelum penanda tanganan kontrak. Datanglah sendiri dulu, setelah itu baru-”

 

“sendiri?” Tanya Donghae memotong kalimat Kyuhyun, menyiratkan ke tidak mengertiannya.

 

“ya, tentu saja sendiri. Memangnya dengan siapa lagi?”

 

“lalu bagaimana dengan Eunhyuk?”

 

Kyuhyun tampak berpikir, Eunhyuk? Satu sama yang terasa asing ditelinganya. “Eunhyuk? Siapa Eunhyuk?”

 

Kepala Donghae berpaling kearah Hyukjae, meraih tangannya dan menariknya mendekat. “temanku Eunhyuk, Lee Hyukjae,”

 

“oh! Maaf, tapi aku hanya menginginkanmu Donghae-ssi. Lagipula aku tak tahu bakat apa yang temanmu itu miliki,” kata Kyuhyun jujur, bola matanya lurus menatap Eunhyuk.

 

Sementara Eunhyuk masih tetap menunjukan tatapan tak suka pada Kyuhyun, membuat Changmin yang ada di belakang Kyuhyun menjadi geram. “Lee Hyukjae-ssi, bisakah kau berhenti menatap temanku seperti itu? memangnya dia punya salah apa padamu?”

 

Melihat suasana yang kembali memanas karena ulah Eunhyuk dan Changmin, akhirnya Sungmin memutuskan untuk menarik Changmin menjauh. “Kyuhyun-ah, aku tunggu disana. Kau bisa menyelesaikannya sendirikan?”

 

Kyuhyun mengangguk, sementara Changmin terus meronta. “hyung! Kita tetap disini! Bagaimana jika kyu-” suara Changmin hilang dibalik telapak tangan Sungmin yang membekap mulutnya dan membawanya menjauh beberapa meter dari sana.

 

Kini keadannya mulai dapat terkendali lagi. Namun Donghae justru melakukan sesuatu yang membuat Kyuhyun kecewa, ia mengembalikan kartu nama Kyuhyun pada pemiliknya. “maaf Kyuhyun-ssi, jika tanpa Eunhyuk aku tak bisa pergi.”

 

Kyuhyun mengernyit mendapati Donghae yang awalnya tampak menggebu kini malah tiba-tiba saja menolaknya.

 

“Donghae-ya!”

 

“Donghae-ssi!”

 

Melihat keteguhan Donghae sepertinya memang akan sulit sekali untuk merekrutnya saja, melihat mereka berdua membuat Kyuhyun mengingat kaos kaki. Tak bisa dipakai jika hanya satu buah, jika menginginkan perpaduan yang sempurna maka ia harus memiliki keduanya.

 

“baiklah, pertama-tama setidaknya tunjukan padaku bakat yang kau miliki Hyukjae-ssi.”

 

“untuk apa aku melakukannya?” tantang Eunhyuk tak mau menuruti begitu saja kemauan Kyuhyun.

 

“demi sahabatmu.” Jawab Kyuhyun telak.

 

Eunhyuk lirik Donghae yang tersenyum kecil entah apa artinya. Sejenak ia tampak berpikir sebelum akhirnya kembali mengalihkan perhatiannya pada Kyuhyun. Benar, sekali saja, sekali saja Eunhyuk ingin melakukan sesuatu untuk sahabatnya itu. Mungkin ini saatnya.

 

Meski enggan akhirnya Eunhyuk bernyanyi.

 

Namun respon Kyuhyun jauh dari kata puas. Bahkan anak itu tak tersenyum sama sekali.

 

Berganti Eunhyuk kini menampilkan kemampuan rapp nya.

 

Dan lagi-lagi, Kyuhyun tak menampakan ekspresi apapun. Ia hanya diam memperhatikan.

 

Eunhyuk hampir menyerah, ia lirik Donghae yang berada disampingnya. Donghae yang terus menatapnya dengan tatapan penuh harap. Membuat Eunhyuk luluh dan akhirnya memutuskan untuk berusaha sekali lagi.

 

Kali ini ia menari. Melakukan beberapa gerakan poppin dan bahkan shuffle namun lagi-lagi Kyuhyun hanya diam. Kini dia justru menggelengkan kepalanya. Seolah apa yang Eunhyuk tampilkan itu sama sekali tak ada istimewanya.

 

Menyerah… remaja berambut pirang itu pikir mungkin dirinya memang tak punya kesempatan untuk menjadi bintang.

 

“bagaimana Kyuhyun-ssi? Temanku punya potensi dan bakat tersembunyi bukan?” Tanya Donghae antusias.

 

Kyuhyun menghela safasnya berat dan berucap. “maaf, tapi tak ada satupun bakat yang menonjol dari temanmu ini, Donghae-ssi.”

 

Pancaran mata Donghae perlahan meredup mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Kyuhyun. Meski ia ingin selalu bersama Eunhyuk dan ia menolak kesempatan ini karena Eunhyuk. Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam tetap saja ada perasaan itu. Sebuah keinginanan yang sejak kecil selalu ia perjuangkan. Keinginannya untuk menjadi bintang dan membuktikan pada dunia kalau dirinya ada.

 

Melihat raut Donghae yang kecewa. Ada perasaan sakit yang menelusup dihati pemuda itu, mungkin satu kesempatan bisa membuatnya merasa lebih baik?

 

“aku rasa aku bisa mempertimbangkannya,” aju Kyuhyun dengan sebuah kesepakatan baru. “tapi dengan satu syarat.”

 

Donghae tampak mulai kembali bersemangat, “apa syaratnya?”

 

“kau harus bisa membuktikan kalau temanmu itu memang punya potensi. Aku akan membuat kontrak 3 bulan bersama kalian. Jika dalam 3 bulan Hyukjae-ssi bisa menampilkan kemampuannya. Aku akan dengan senang hati memperpanjang kontrak kalian.”

 

“setuju!” jawab Donghae menerima persyaratan itu sepihak tanpa menunggu persetujuan Eunhyuk.

 

Sementara Kyuhyun tersenyum puas. Tak ada yang tahu kalau dalam hati si bungsu Cho itu berkata, ‘sekali dayung dua, tiga pulau terlampaui.’

 

Dan akhirnya malam itu satu kesepakatanpun dibuat bersama sepasang kaos kaki.

 

.

 

.

 

TBC

 

Halo~ Kha comeback~~~ setelah 5 bulan lebih ya, 😀

Disini, sepasang kaos kaki sudah di rekrut, kenpa prosesnya mudah? Karena masalah mereka nanti di chapter entah ke berapa kkkk

 

#HappyKyuDay ahjussi keceehhh~~~

 

20 thoughts on “Umbrella (Chapt. 5 – A Pair of Socks)

  1. haaaahhh.. hampir saja lupa mha jalan ceritanya,, tapi begitu baca ulang langsung tau lagi deh…. uh sebenarnya rencana kyu tuh apa? trus setelah ini siapa? jadu penasaran deh…

  2. waaahhh udah lama ga baca ff ini.. akhrnya kha update jg.. gumawooo… yeeaayy D&E sudah di rekrut.. tp siwon blum ya? next siapa yaa yg bakal di rekrut? kasih bocoran dooong.. hehehe

    • tujuannya? Niat awalnya s kyu cuma menuhin ambisi nya aja, dia gak prnah puas hnya dengan 1 pncapaian. Tapi emang dasarnya dia baik, jadi stiap apa yg dia lakuin itu bkan cma baik buat dirinya(menurut dia) tapi scra gak sngaja itu justru ssuatu yg lbh baik buat orang lain.

  3. Akhirnya kha update lagi,, hmm ternyata eunhae disini sepasang kaos kaki toh? Terus gimana dg choi siwon, apa kyu bisa merekrutnya? Hm terus gimana dg hyungnya kyu apa dy bakalan balik ke seoul dan ikut ambil bagian juga? Ditunggu lanjutannya ya kha,, fighting!!

  4. Seneng banget akhirnya ff ini dilanjut.. *happy*
    Ada apa sama tuan choi? Kenapa dia kayak ga setuju kalau siwon di dunia hiburan?
    Aah akhirnya si kaos kaki setuju juga buat dateng ke agency kyuhyun. Emang deh hae sama hyuk ga bisa dipisahin. Okedeh semangat ya buat chapter selanjutnya!!! Jangan bikin aku sampai lumutan lagi ya .. kkkk

  5. Akhir nya di lanjut juga Kha,,,
    Happy virus, ikan teri, sepasang kaos kaki
    Hahhahaha, pagilan nya unik bgt

    Kha tega bgt masa senyum kyu di bilang
    Senyum pisikopat

    Next nya jgan terlalu lama y Kha
    Fighting

  6. Chingu, aku baru nemu akun ffn mu. Wih, puas banget baca cerita di situ. Tapi mian, nggak bisa komen di sana. Akunku eror, pakai guest juga nggak bisa terkirim. Mianhae.. Jeongmal mianhae 😥

  7. aku bener” ketinggalan nich.
    jangan” kyu hanya berpur” bilanv eunhyuk tdk berbakat kyu kamu kok jahilnya ga ilang” sich…
    ditunggu lanjutannya ya

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.